Agama ini disebarkan oleh manusia terbaik dengan tutur kata halus dan perangai lembut sehingga agama ini bisa tersebar luas, bahkan menjadi agama yang perkembangannya paling pesat. Memasuki zaman dimana semua bisa mendengar, melihat dan membaca secara bebas, agama ini dijadikan sarana untuk melampiaskan segala sesuatu, terutama hasrat duniawi. Hasrat duniawi ini banyak ragamnya, mulai dari urusan nafkah sampai memperebutkan posisi penting dalam masyarakat.
Khususnya di Indonesia, agama ini terlihat menjadi agama yang penuh amarah. Agama ini seolah hanya diisi orang-orang yang bersumbu pendek. Jika tidak sependapat maka akan dilabelkan sebagai orang yang munafik, yang tidak seiman mereka lantang berkata kafir. Bukan hanya dari level masyarakat awam, bahkan dari mereka yang mengaku ulama, ramai-ramai menyebarkan wajah baru agama ini, sehingga tampilan yang disuguhkan kepada orang-orang yang belum tau apapun soal agama ini menjadi mempunyai persepsi bahwa agama ini adalah agama penuh amarah.
ISLAM, Dari segi bahasa, ISLAM berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata ISLAM merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, ISLAM memiliki beberapa pengertian, salah satunya adalah:
Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari ISLAM, yaitu bahwa ISLAM merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Jangan lupa, agama ISLAM konsisten dengan 2 prinsip, La Ikro Ha Fiddin, tidak ada paksaan dalam agama. Dan prinsip lain, Lakum Dinukum Waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Memberi hidayah merupakan hak prerogative Allah SWT, kita cukup menasehati dan mendoakan. Jangan mengambil peran Allah untuk memakasakan agama ISLAM pada mereka yang belum tentu diberi hidayah oleh ALLAH SWT.
ISLAM kini direpresentasikan oleh orang-orang yang penuh amarah dalam menyampaikan ajaran agamanya. Sedih, miris dan kesal. Itu yang saya rasakan. Mereka tau bahwa media dikuasai pihak yang tidak pro dengan ISLAM, tingkah mereka justru menjadi santapan lezat bagi media. ISLAM bukan agama superior, tapi ISLAM adalah agama yang besar, agama yang harusnya terlihat sebagai agama yang santun, welas asih, dan bersahabat bagi sesama muslimin dan non muslim. Karena jika seluruh umat muslim beramai-ramai menunjukkan sifat-sifat baik tersebut, maka mereka yang mengagendakan untuk menjatuhkan ISLAM akan merasa kalah dan akan berpikir lebih keras untuk mendapatkan ide bagaimana cara menjatuhkan AGAMA yang saya anggap sempurna ini.
Amarah umat ISLAM memang sering dipancing dengan berbagai cara. Mulai dari perusakan image sampai kegiatan pembantaian di beberapa tempat konflik. Tidak ada agama yang diserang begitu dahsyatnya selain ISLAM. Menurut saya, dalam menyikapi hal ini umat ISLAM harus bersatu untuk menunjukkan wajah ISLAM yang sebenarnya, wajah ISLAM yang dikemmbalikan dari makna ISLAM itu sendiri, yaitu DAMAI. Marah, silahkan, itu hak prerogative kita sebagai manusia, tetapi setelah marah, ada tindakan yang harus dilakukan, tindakan yang justru tidak kembali menodai nama ISLAM. Percayalah, jika umat muslim sedunia menampilkan ISLAM yang santun dalam menghadapi masalah, akan banyak non muslim yang dengan sendirinya mempelajari ISLAM dan mendapatkan hidayah ALLAH SWT.
Jika kita marah, lalu berujung pada tindakan yang berakibat pada terbukanya pintu dosa lain, banyak pihak merasa menang akan tindakan kita tersebut.
Mari kita sempitkan lingkupnya, yaitu lingkup JAKARTA. JUJUR DEMI ALLAH SAYA BUKAN PENDUKUNG AHOK. Saya tidak punya kapasitas apapun untuk mendukung Gubernur DKI, Basuki aka AHOK. Saya orang Tangerang. Bahkan saya tidak mendukung Jokowi Ahok ketika pilgub sebelumnya, saya memilih untuk mendukung Faisal Basri, bahkan saya sampai membeli merchandise berupa t-shirt INDEPENDEN sebagai bentuk dukungan kepada beliau. Kenapa? Simple, karena saya orang yang sudah antipati dengan partai. Saya orang yang beranggapan bahwa INDONESIA TIDAK AKAN MAJU JIKA MASIH MENGANUT SISTEM BANYAK PARTAI POLITIK, KARENA SEMAKIN BANYAK PARTAI POLITIK, MAKA SEMAKIN BANYAK KEPENTINGAN. Itulah mengapa saya mendukung Faisal Basri.
Balik lagi ke Ahok. Pria ini buat saya adalah sosok dengan karakter ASAL BACOT. Mulai dari kata-kata kasar terhadap bawahannya yang lalai, pihak yang ingin menyelewengkan uang rakyat, bahkan dengan berani menyebut Alqur’an sebagai alat kebohongan. Saya konsisten, untuk kasus terakhir, SAYA MARAH. Saya menyatakan Ahok SALAH. Tapi saya memilih untuk memaafkan ketika Ahok meminta maaf. Buat saya, tidak ada yang lebih indah selain saling memaafkan. Tapi kalau memang hukum harus ditegakkan agar tercipta efek jera, ya silahkan, intinya saya sudah memaafkan.
Saya tidak sependapat dengan AKSI BELA ISLAM sehingga melibatkan ratusan ribu orang turun ke jalan dan menuntut Ahok diadili karena dianggap menistakan ISLAM. Janganlah menjadi kaum yang tidak kreatif sehingga seolah hanya ada satu cara dalam membela ISLAM pasca Ahok melakukan tindakan yang dianggap menistakan ISLAM. BANYAK CARA untuk membela ISLAM. Cara kemarin justru malah membuka pintu dosa lain yang berakibat nama ISLAM semakin hancur di mata orang awam. Image ISLAM PEMARAH semakin tersebar luas tatkala banyaknya ucapan-ucapan kasar nan anarkis terucap dari pihak yang merasa tersakiti oleh ucapan AHOK, entengnya mulut Ahmad Dhani saat menghina Presiden, hebohnya seorang Pak Haji yang secara terang-terangan membuat sayembara 1 Milyar bagi mereka yang berhasil membunuh Ahok, sampai ucapan BUNUH AHOK seolah HALAL diucapkan bagi kaum yang katanya sedang membela ISLAM. Bukankah hal-hal tersebut justru menistakan agama ISLAM? Coba tanya pada diri Anda sendiri, apakah mereka tidak menistakan agama yang selama ini kalian bela?
Cobalah untuk lebih kreatif dan arif dalam membela ISLAM. Kalau saya boleh kasih contoh, silahkan turun ke jalan, berkumpul, sholat berjamaah dan berdoa bersama untuk mendoakan Indonesia agar dipimpin oleh pemimpiin yang amanah dan baik akhlaknya. Terus setelah itu mereka yang turun ke jalan menebarkan senyum, berfoto dan post di social media masing-masing, BEUUUUUUH indah dan mantap betul rasanya. Nama ISLAM akan harum dan saya yakin aksi tersebut akan menimbulkan simpati positif bagi orang yang tidak mengenal ISLAM.
Saya sering berbeda pendapat dengan banyak teman saya di Facebook, bahkan saya dilabelkan sebagai orang MUNAFIK dan BELUM DAPAT HIDAYAH. Sakit. Marah. Dan terkucilkan. Itu diucapkan oleh saudara seiman saya sendiri. Saya bukan membela AHOK, saya justru membela ISLAM. Saya sangat marah ISLAM dijadikan kendaraan berbagi pihak untuk melancarkan kepentingannya. Dalam pandangan saya, kejadian AHOK ini sudah dimobilisasi oleh pihak yang punya kepentingan POLITIK. Tidak perlu kuliah bertahun-tahun untuk melihat hal ini, cukup melihat siapa saja yang berada di mobil konvoi Habib Rizieq. Coba Anda teliti lagi, ada siapa di sana? YAK! Ada Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Fadli Zon, yang seminggu ikut AKSI BELA ISLAM, justru mendukung presiden Trump yang jelas-jelas ANTI ISLAM. Logika simple ini harusnya bisa dicerna mereka yang kadung melabelkan diri mereka PEMBELA ISLAM. Tapi sayangnya, mereka yang bertujuan membela ISLAM sudah terlanjur dibutakan oleh amarah yang disebarluaskan oleh orang yang mereka anggap ulama. Ajakan bela ISLAM dilontarkan dengan teriakan-teriakan yang memunculkan urat dari sang ulama. Percayalah, memaafkan juga bagian dari membela ISLAM.
Umat ISLAM itu KREATIF, SANTUN dan BAIK. Harusnya itu POSITIONING yang harus disebarluaskan, bukan KASAR, ANARKIS dan KAMPUNGAN.
Karena, jika sikap negative ini yang selalu ditunjukkan umat muslim, maka jangan heran kalau ISLAM akan semakin ASING bagi umat manusia di masa depan.